Oleh: Wongalus
“ALLAHUMMA YAA MUSABBIBAL ASBAABI
SABBIIB” YA ALLAH TUHAN YANG MEMBUAT ADANYA SEBAB, JADIKANLAH PADA KAMI
SEBAB YANG MEMUDAHKAN DATANGNYA AKIBAT-AKIBAT YANG MULIA……
Aman dan terkendali….. semoga
semuanya baik baik saja, sejuk damai sejahtera dalam lindungan Ilahi…
amin ya robbal alamin… apa kabar sodaraku semua? Sudah lama nggak nulis,
rasa-rasanya jari tangan ini kaku. Tidak selancar dulu ketika hampir
setiap hari menulis untuk menyapa saudara-saudaraku, pengunjung blog
Kampus Wong Alus tercinta dengan artikel-artikel apa adanya.
Tidak terasa sejak blog wongalus
berdiri April 2009 kita telah bersama-sama mengalami fase berspiritual
baru setelah kita mengetahui banyak amalan supranatural adalah tidak
lagi kagum dengan amalan-amalan apakah itu asmak, wirid, hizib maupun
ajian ajian yang sebelumnya hanya beredar di kalangan-kalangan yang
terbatas. Apakah dengan banyaknya amalan serta maraknya lahir blog-blog
sejenis di dunia maya lantas kemudian menjadi tanda datangnya fase
berspiritual yang baru di masyarakat kita? Semoga saja begitu. Sebab
memang sejak tahun 2000 silam, dunia ini berada pada fase mental
spiritual yang mengerikan. Menurut laporan WHO, setiap tahun ada kurang
lebih 2 juta orang bunuh diri akibat depresi dan stress. Jadi sekarang
ini, musuh dari masyarakat manusia yang ada di dunia bukanlah manusia
yang lain. Tetapi diri yang tidak mampu mengalahkan dirinya sendiri!
Diri kalah oleh keinginan hasrat nafsu dan akhirnya memutuskan untuk
mengakhiri hidup secara tragis.
Barangkali kita semua sudah
pernah mencicipi, sudah pernah juga mempraktekkan amalan-amalan tersebut
secara lengkap, setengah lengkap, maupun hanya seperempat lengkap. Kita
bisa jadi semakin yakin bahwa semua amalan ini memberikan kita manfaat
yang tidak kecil dalam hidup sehari-hari, namun juga barangkali malah
kaget, ternyata apa yang kita praktekkan tidak sehebat yang selama ini
dibayangkan. Sehingga memunculkan keraguan dan ketidakyakinan akan
sebuah amalan tertentu.
Ada begitu banyak amalan di blog
kita mencerminkan betapa banyak minat yang tersimpan di lubuk hati kita
semua akan datangnya mukjizat karomah maunah keajaiban-keajaiban yang
datang dari dunia lain, dunia goib, alam malakut, alam khodam, alam
lelembut dan lain sebagainya. Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa doa
wirid dan mantra kita tidak akan sia-sia. Pasti didengar oleh Allah SWT
dan kemudian mengutus alam semesta, mengutus wali penjaga bumi, wali
penjaga air dan lautan, wali penjaga cahaya, wali penjaga pohon, wali
penjaga besi, wali penjaga bebatuan, wali penjaga masing-masing individu
untuk bergerak membantu kita mewujudkan keinginan kita, hajat kita.
Saudara-saudaraku semua, karomah
maunah keajaiban-keajaiban semuanya mutlak terjadi atas ijin Tuhan.
Tidak ada satupun keajaiban yang bekerja tanpa ijin Tuhan. Kita semua
hanya berusaha dengan tangan kaki dan badan kita yang terangkum di dalam
perilaku sehari-hari. Sebuah amalan sesungguhnya bukanlah sebuah kunci.
Amalan hanyalah pintu pembuka yang harus dilanjutkan dengan pergerakan
perilaku yang nyata dalam hidupku dan hidupmu.
Kita sudah pernah mempraktekkan
wirid, misalnya wirid kerejekian. Kita dawamkan di mulut kita Surat Al
Mulk 14 kali usai sholat Tahajud yang hening, kita dengungkan di dalam
hati sanubari maknanya dan kita laksanakan selama tujuh hari.
Cermatilah, apa yang kemudian terjadi? Apakah kemudian kita lantas
mendapatkan sekarung uang di sajadah kita? Pasti hal itu tidak akan
terjadi ketika kita kemudian hanya melakukan amalan seperti itu. Amalan
itu akan bekerja secara efektif bila kita kemudian tetap melakukan KERJA
CERDAS, KERJA KERAS, TEKUN dan RAJIN. Termasuk barangkali membuka usaha
baru yang lebih menjanjikan keuntungan.
KUNCI AMALAN ADALAH PERILAKU
Maka bisa disimpulkan bahwa amalan apapun itu, harus disertai
dengan PERILAKU yang nyata. Inilah KUNCI sesungguhnya dari sebuah
amalan. Jadi kunci bekerja sempurnyanya sebuah amalan bukanlah sederet
kata-kata maupun kalimat doa maupun mantra.
Doa maupun mantra akan memiliki
energi yang berlipat-lipat manakala kita memberikan dorongan energi yang
berupa PERILAKU NYATA. Hal ini sesuai dengan sebuah janji NYA, bahwa
ALLAH TIDAK AKAN MENGUBAH NASIB SUATU KAUM BILA KAUM ITU SENDIRI TIDAK
MENGUBAHNYA. Artinya, Tuhan tidak akan mengubah nasib kita selama kita
berpangku tangan. Nasib harus diubah dengan upaya dan usaha. Kita
gerakkan tangan, kita ayunkan kaki, kita gerakkan badan hingga
berkeringat sehingga akhirnya rezeki mengalir ke diri kita.
Salah satu contoh sederhana
adalah ketika kita memberi instruksi kepada anak kita. “Nak ,
sholatlah.” Anak akan manut atau menuruti instruksi ini bila kita juga
melaksanakan sholat dan patut dicontoh oleh anak kita. Instruksi tidak
akan efektif bila kita tidak melaksanakan sholat namun malah menonton
televisi yang kebetulan menayangkan sepakbola. Kata-kata “Nak Sholatlah”
akan menjadi mantra yang kuat dan bermuatan energi penuh bila ada
perilaku yang nyata pada diri kita sendiri. Kita juga melaksanakan
sholat tepat waktu, melaksanakan sholat secara khusyuk dan tumakninah
dan menebarkan perilaku yang baik sebagai wujud dari mendirikan sholat
yang sesungguhnya.
Begitu juga ketika seseorang
menjalani amalan yang dimaknai sebagai bentuk olahraga mulut saja.
Amalan yang hanya mendawamkan sekian ratus atau sekian ribu mantra/doa
tidak akan berjalan efektif bila tanpa disertai dengan LAKU atau
PERILAKU. Sepotong mantra/doa itu ibarat pelor peluru yang harus
dilontarkan dengan senapan laku/perilaku. Mantra tidak akan bergerak
menuju sasaran bila kaki dan tangan tidak kita gerakkan dalam perbuatan
yang nyata.
Ada juga laku atau perilaku yang
berhubungan dengan amalan tertentu yang membutuhkan bantuan dari makhluk
halus di alam gaib biasanya disertai dengan ritual-ritual khusus,
apakah itu memakai minyak misik, jafaron, kemenyan, bunga-bunga dan lain
sebagainya. Tidak perlu kita bahas lebih jauh karena di blog
www.wongalus.wordpress.com kita sudah banyak mendapatkan penjelasan
secara detail dan disertai dengan dialog-dialog yang mencerahkan.
PROSES BEKERJA
Ada sekian persen amalan kita terkabul cepat namun kenapa kebanyakan biasanya amalan kita tidak langsung terkabul?
Saudaraku-saudaraku semua, semua
amalan membutuhkan PROSES BEKERJA. Proses itu adalah kerja alam semesta
sesuai dengan jalan dan jalur normal yang harus dilaluinya berupa hukum
sebab dan akibat, atau sering disebut dengan SUNATULLAH. Sebuah amalan
pasti membutuhkan SUNATULLAH. Tidak mungkin amalan bekerja tanpa sebab
dan akibat yang rasional. Jadi singkirkan mitos bahwa amalan itu bekerja
dengan cara yang irasional, goib dan tidak masuk akal.
Pada suatu ketika, kita
mendawamkan Hizib sambil tahan napas untuk sebuah hajat misalnya menahan
hujan agar tidak turun di satu tempat. Kita sampaikan kepada Allah SWT
permohonan untuk menurunkan pertolongan NYA, kita sebut deretan asmak
asmak NYA, kita berikan contoh-contoh kekuatan ajaib yang pernah ada
dalam sejarah turun kepada Nabi Sulaiman dengan khotamnya, Nabi Dawud
dengan lisannya, Nabi Yusuf dengan cahaya wajahnya, Nabi Musa dengan
tongkatnya, Nabi Ibrahim dengan kampaknya dan seterusnya.
Setelah mendawamkan hizib, kita
menunggu apa yang akan terjadi kemudian dan ternyata mengecewakan karena
seperti tanpa ada hasil. Hujan tetap turun dengan derasnya. Kenapa hal
ini terjadi? Kita lupa bahwa semua membutuhkan proses bekerja. Asmak
wirid hizib dan ajian membutuhkan proses di dalam satu kurun waktu
tertentu ketika mengawali untuk memiliki amalan ini. Amalan membutuhkan
senjata (penghayatan dan perilaku) dan peluru (wirid doa mantra).
Senjata dan peluru tentu membutuhkan proses pembuatan secara sempurna.
Senjata dengan akurasi yang tinggi dan mengenai target bila kita
memenuhi semua unsur di atas. Ditambah lagi dengan kemampuan kita
menembak sasaran dengan tepat. Jadi amalan akan bekerja dengan baik
setidaknya ada tiga unsur yang memenuhi:
1.Bacaan dan tata cara amalan doa wirid / mantra ajian sebagai peluru
2.Perilaku kunci sebagai senjata atau senapan
3.Kemampuan menembak tepat sasaran yang perlu latihan pengembangan kekuatan batin.
Ketiga hal ini multak adanya dan
kesemuanya membutuhkan proses, apakah itu proses pembentukan amalan
tertentu. Atau proses-proses unik bekerjanya sebuah amalan secara
metafisik yang bisa jadi kita belum mampu menalarnya secara sempurna.
Namun yang jelas ketika sebuah hajat itu kita lakukan dengan sebuah
amalan tertentu maka semuanya membutuhkan proses di dalam satu kurun
waktu tertentu.
LAMPAH WENING
Cara untuk memiliki sebuah ilmu bisa dijelaskan secara sederhana sebagai berikut.
1.Belajar dari orang yang sudah memiliki ilmu yang sudah
dikuasainya secara sempurna. Belajar bisa banyak caranya, bisa dengan
membaca melalui buku atau internet, atau langsung hadir menemui
seseorang.
2.Mempraktekkan ilmu yang sudah diijazahkan atau diberikan kepada kita dengan riyadhoh dan latihan rutin.
3.Mempraktekkan ilmu yang kita miliki dan mengujinya apakah
sudah benar-benar kita kuasai atau belum kemudian mematangkannya dengan
cara benar benar mempraktekkannya.
Kebanyakan seorang yang belajar
ilmu goib tidak tekun dan berlatih sehingga kemudian yang terjadi adalah
kekecewaan. Kemudian lantas menganggap bahwa ilmu goib itu ilmu
bohong-bohongan, ilmu apus-apus, ilmu yang tidak bisa dijamin
kepastiannya, dan seterusnya. Padahal ilmu goib yang sejati lebih pasti
dari ilmu pasti yang memiliki derajat akurasi yang tinggi bahkan justeru
merupakan ilmu yang paling tepat di dunia. Ilmu goib menjadi dasar dan
pondasi ilmu-ilmu yang ada dan bisa diuji di laboratorium fisika. Sebab
goib tidak akan pernah ingkar janji. Goib tidak akan pernah bohong dan
goib tidak pernah meleset dari sasaran.
Riyadhoh adalah salah satu usaha
batiniah yang berat. Ada yang harus berpuasa sekian hari tidak boleh
makanan yang bernyawa. Hanya boleh memakan umbi-umbian dan meminum air
putih, harus meditasi sekian lama di gua-gua yang banyak binatang
berbisa, kungkum di air dingin di muara sungai padahal disana
dikhawatirkan banyak buaya, dan sebagainya. Semua ini hakekatnya adalah
mengalahkan kehendak atau keinginan dari kebutuhan jasad fisik dan
digantikan dengan kehendak dari ruhani dari dalam diri kita untuk
membersihkan diri.
Kuncinya ada pada bagaimana agar
hati ini bisa khusyuk dan pikiran tidak bergerak secara liar
kemana-mana. Kita mencapai kedalaman TITIK HENING di gelombang otak
terendah. Hal ini merupakan sebuah perjalanan “lampah wening” yang
berani menuju samudra spiritual yang damai penuh ketenangan…
Kekhusukan ruhani akan sulit
tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat
dan terburu-buru. Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit
menghayati setiap hal yang ada di depan mata, tata gerak tubuh menjadi
tidak sempurna, dan jalinan komunikasi dengan Sumber Abadi Semua
Kekuatan Semesta menjadi kurang optimal.
Banyak yang gagal dan menyatakan
bahwa khusyuk ketika riyadhoh itu sangat sulit. Cobalah untuk
menyantaikan diri. Rileks. Satu prinsip utama adalah jangan ‘mencari’
khusyuk, cukup siapkan diri untuk ‘menerima’ khusyuk itu, karena khusyuk
bukan kita ciptakan tapi ‘diberi langsung’ oleh NYA sebagai hadiah atau
doorprize yang penuh kenikmatan karena kita telah menemuiNYA. Tips yang
sangat sederhana bukan?
Maka kita bersikap rileks saja
selama riyadhoh dimanapun tempatnya. Duduk atau berdiri kepala hingga
pinggang dikendorkan, jatuh laksana kain basah yang dipegang ujungnya
dari atas. Berat badan mengumpul di kaki yang kemudian serasa keluar
akarnya, mengakar ke bumi. Berdiri santai, senyaman kita berdiri.
laksana pohon cemara, meluruh atasnya, kokoh akarnya sehingga luwes
tertiup angin namun tak roboh. Bersikap rileks dan menyiapkan diri kita
untuk siap ‘menerima’ karunia khusyuk, karena khusyuk itu diberi bukan
kita ciptakan.
Setelah kehendak atau keinginan
jasad fisik kita terkalahkan oleh kehendak ruhani, kita menunggu
hadirnya tanda-tanda, wisik, isyaroh dari goib sesuai dengan niat awal
kita memiliki ilmu goib.Tanda-tanda ini umumnya adalah terbukanya
komunikasi dengan goib secara jernih dan tertangkap dengan jelas dalam
sebuah KESADARAN RUH yang tidak ada keraguan di dalam hati kita. Hal ini
tidak bisa direkayasa dengan akal pikiran kita karena kita hanya berada
dalam kondisi pasif dan pasrah. Dibalik kepasrahan hati nurani kita,
pada tahap ini sesungguhnya yang terjadi adalah aktivitas batiniah dan
ruhani yang berlangsung sangat efektif. Seperti terbukanya pintu langit
oleh sorot goib yang terang benderang.
WUSANA KATA
Tiada suatu hasil di dunia ini tanpa usaha keras dan sepenuh
hati. Hati yang bimbang dan ragu-ragu adalah musuh yang harus dijauhi
oleh seseorang yang ingin memiliki ilmu dan kemudian pada akhir
menginginkan menjadi pribadi yang sempurna.
Tujuan akhir memiliki ilmu
bukanlah untuk memuaskan dahaga egoisme apakah itu untuk kejayaan
keluhuran kekayaan diri sendiri. Namun untuk memberi kemanfaatan kepada
semua makhluk NYA yang membutuhkan bantuan. Kita menjadi perpanjangan
tangan dari kuasa NYA sebagaimana yang dimaksudkan dan tujuan
menciptakan diri kita. Kita mengosongkan diri dari hasrat keinginan dan
nafsu egoisme dan kita pasrah sepenuhnya pada iradat-NYA.
Kita harus menata diri setiap
saat agar siap dengan tantangan dan beratnya ujian. Bila ujian selesai
kita kerjakan dengan sebaik-baiknya, maka akan ada ujian baru lagi yang
tingkat dan bobotnya lebih berat. Hidup adalah ujian yang tak pernah
selesai hingga akhir hayat dan ilmu-ilmu yang diberikan-NYA kepada kita
adalah amanah yang harus dipergunakan sebagaimana mestinya.
Demikian sedikit uraian yang bisa
kami sampaikan dan mohon maaf atas segala kelemahan dan kekurangan.
Salam paseduluran. Rahayu rahayu rahayu.
ttd
Wongalus
0 komentar:
Posting Komentar